Friday, October 4, 2013

Narkoba di Ruang Kerja Akil Mochtar: Setelah sebelumnya AM diberitakan tertangkap tangan oleh KPK pada hari Rabu 2 Oktober 2013 di rumah dinasnya Widya Chandra Jakarta Selatan, karena diduga kuat menerima suap terkait sengketa Pilkada Kab. Gunung Mas Kalimantan Tengah yang sedang ditangani MK. Dalam menindak lanjuti kasus yang melibatkan orang nomor satu di MK ini, KPK melakukan penggeladahan dan penyegelan rumah pribadi, rumah dinas serta ruangan kerja Akil Mochtar.
Sungguh mengagetkan!, dalam penggeladahan yang dilakukan KPK di ruang kerja ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar telah ditemukan beberapa jenis narkoba. Setelah sebelumnya kabar miring yang sangat memalukan ini dibantah oleh KPK, pada akhirnya Johan Budi /juru bicara KPK secara terbuka melakukan siaran pers yang mana isinya membenarkan bahwa pada penggeladahan yang dilakukan pada Kamis malam didapati barang yang diduga kuat narkoba, tapi karena tidak termasuk objek yang bisa dikaitkan secara langsung dengan masalah penyidikan kasus suap, barang temuan itu diserahkan kepada Kompol. Edi Suyitno/kepala keamanan MK.
Sampai artikel ini dipublish, saya masih berharap kasus yang menimpa Akil Mochtar ini hanyalah kesalahan semata. Akil Mochtar hanya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah, dan KPK telah salah tangkap. Tapi saya juga menyadari, kemungkinan itu hanyalah seujung rambut. KPK tidak akan gegabah dalam melakukan penangkapan tanpa mempunyai bukti - bukti yang kuat, apalagi yang ditangkap saat ini adalah pendekar keadilan ahli hukum yang sangat bisa dan biasa beradu argumen di persidangan. Taruhannya sangat besar, disamping dituntut balik, nama besar KPK sudah pasti hancur berkeping - keping.
Kenapa saya berharap seperti yang saya ungkapkan diatas?!...Pencuri, mencuri!, perampok...merampok, itu wajar, sangat wajar, toh memang sudah profesinya. Apa yang dilakukan Akil Mochtar (jika secara sah terbukti dengan sangat meyakinkan tanpa keraguan sedikitpun), perbuatan Akil Mochtar membuktikan bahwa manusia memang tidak ada yang sempurna.
Dalam ketidak sempurnaan manusia, Akil Mochtar yang berprofesi sebagai suhunya pendekar keadilan negeri dongeng ini telah benar benar mencederai rasa, ternyata anggapan masyarakat selama ini bahwa hukum bisa diperjual belikan, bukanlah hanya ungkapan skeptis kaum marjinal yang dalam mencari keadilan kerap kali jadi pencundang. Walau tidak sepenuhnya benar, bukti kelakuan Akil Mochtar telah membuka mata hati kita bahwa hidup ini memang egois dan berlaku hukum rimba. Siapa kuat, dia bisa memangsa yang lemah.
Jika pada akhirnya Akil Mochtar terbukti bersalah, semoga dia tidak pernah melupakan idenya tentang hukuman yang pantas untuk seorang koruptor "potong jari dan dimiskinkan"...ada senyum simpul dalam mengakhiri postingan kali ini, membayangkan pendekar keadilan tanpa jari terlunta - lunta di jalanan dengan stempel membanggakan "koruptor" sedang bercengkerama dengan tikus - tikus yang kotor di sebuah got penuh kotoran.News-Gadget



0 comments:

Post a Comment